26 Rabi'ul Akhir 1437
H
5 February 2016
Kita sering menyatakan
atas suatu kejadian: “Ah- itu semuanya adalah takdir, ketentuan Allah yang
tidak bisa dirubah”. Betulkah demikian?
Dalam syarah kitab
hadist Arbain Nawawi diterangkan bahwa takdir Allah swt itu ada empat macam yaitu :
- Rizqi
- Ajal
- Amal
- Kebahagiaan atau
kesengsaraan.
- >>Dari ke empat takdir ini dibagi kedalam dua kelompok besar, yakni :
1.TAKDIR MUBROM
2.TAKDIR
MU’ALLAQ, sebagaimana penjelasan berikut :
Ada yang namanya
TAKDIR MUBROM atau yang sifatnya TETAP.
Yakni :
Takdir yang ada di ilmu Allah Subhanahu wata'alaa. Takdir
ini tidak mungkin dapat berubah.
Dan yang berikutnya
adalah takdir dalam kandungan, yaitu Malaikat diperintahkan untuk mencatat
rizki, umur, pekerjaan, kecelakaan, dan kebahagiaan dari bayi yang ada dalam
kandungan tersebut.
Takdir ini sebetulnya
termasuk takdir dari ilmu Allah seperti jenis takdir yang pertama, yakni telah
digariskan dalam tubuh sang jabang bayi (dalam ilmu pengetahuan genetika modern
mungkin dapat digambarkan pada unsur DNA).
Kemudian selanjutnya
ada yang namanya :
TAKDIR MU’ALLAQ (TAKDIR YANG TERGANTUNG)
Takdir ini berada di Lauhul Mahfudz.
Jenis Takdir ini ada 2
macam :
1. Takdir yang ada dalam Lauhul
Mahfudz ini mungkin dapat berubah, sebagaimana firman Allah :
يَمْحُواللهُمَايَشَاءُوَيُثْبِتُوَعِنْدَهُأُمُّالكِتَابِ
“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki
dan menetapkan apa yang dikehendaki, dan di sisi-Nya lah terdapat Ummul Kitab
(Lauhul Mahfudz).”
(QS. Ar Ra’du : 39)
2. Takdir yang diikuti sebab
akibat yaitu takdir yang berupa penggiringan hal-hal yang telah ditetapkan
kepada waktu-waktu dan hal-hal yang telah ditentukan. Takdir ini juga dapat
diubah
Sebagaimana dalam
salah satu hadits lain Rasulullah ﷺ
pernah berkata :
الدُّعَاءَوَالبَلاَءَبَيْنَالسَّمَاءِوالاَرْضِيَقْتَتِلاَنِوَيَدْفَعُالدُّعَاءُالبَلاَءَقَبْلَأنْيَنْزِلَ
“Sesungguhnya doa dan bencana itu
diantara langit dan bumi, keduanya berperang; dan doa dapat menolak bencana,
sebelum bencana tersebut turun.”
Hadits Hasan, diriwayatkan oleh Hakim di dalam Kitab Al
Mustadrak, hadits dari A'isyah RadhiAllahu 'anhaa
Maka apabila seseorang
tidak menghindarinya maka ia akan mendapatkan bahayanya. itulah yang dinamakan
takdir.
Dan apabila ia
berusaha menghindar dan luput dari bahayanya, itu juga disebut dengan takdir.
Bukankah Allah telah
menganugerahkan kepada manusia kemampuan memilih dan memilah, dan kemampuan
berusaha dan berikhtiar. Kemampuan itu juga takdir yang telah ditetapkan-Nya.
Bahkan Rasululloh
sebagai tauladan tertinggi, saat hijrah dan dikejar musuh, beliau bersembunyi
di gua Tsur sebagai bentuk Ikhtiar, bukan karena takut atau lari dari takdir,
dan Allah telah mentakdirkan seekor burung dan seekor laba- laba bersarang
disana (sebagian ulama mengatakan kisah sarang laba-laba dan burung yg bertelur
ini dho'if) dan Allah pun telah mentakdirkan beliau akan selamat sampai di
Madinah dan telah mentakdirkan pula Islam sebagai agama dunia.Oleh karena itu
marilah kita banyak berdo’a, bersodaqoh, bersilaturahmi, birrulwalidain serta
mengamalkan kebaikan- kebaikan lainnya serta berusaha dan berikhtiar tanpa
henti, mudah- mudahan ada bagian takdir buruk kita yang bisa dihapuskan dan
digantikan Allah tersebab amaliyah- amaliyah dan segala ikhtiar kita tersebut
serta menggantinya dengan kebaikan-kebaikan dan keberhasilan.
Wallahua’lam.
Repostedby:
Hamba Allah
AHQ - IHQ🌴
Membangun Taqwa